Pages

Jumat, 25 Maret 2011

Hari Raya Nyepi

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa. Sekitar 5776 buah pulau besar maupun kecil yang berderet di daerah khatulistiwa banyak menyimpan keindahan alam serta budaya yang beranekaragam. Selain itu penduduknya yang juga beranekaragam yang terdiri atas ratusan suku bangsa memiliki keunikan tersendiri yang memiliki adat istiadat tersendiri yang khas. Kekeyaan alam serta budaya ini merupakan anugerah tuhan yang harus di syukuri oleh bangsa indonesia. Akan tetapi hanya ada satu wilayah di indonesia yang terkenal akan keanekaragaman budayanya yaitu bali. Sehingga bali sangat terkenal baik di indonesia maupun di dunia. Bali memiliki kondisi fisik yang sama dengan daerah lain yaitu berupa pulau. Oleh karena itu, saya memilih mengangkat tema tentang budaya bali yang begitu khas yang menyebabkan Bali terkenal di mata dunia dan menjadi tujuan wisata andalan di indonesia.

B. Pembahasan
  1. Budaya Hari Raya Nyepi
    Tadisi hari raya nyepi  yang di peringati setiap satu tahun sekali atau yang disebut dengan tahun baru caka (pergantian tahun caka). Yaitu tepatanya jatuh pada hari tilem kesange (ix) yang merupakan hari pesucian dewa-dewa yang berada di pusat samudra yang membawa inti sarining hidup (tirta amerta kamendalu ). Untuk itu umat hindu melakukan pemujaan suci tehadap dewa-dewa tersebut.

    Adapun tujuan utama dari Hari raya Nyepi adalah memohon kehadapan Tuhan Hyang Mahaesa, untuk menyucikan Bhuwana Alit (alam manusia) dan Bhuwana agung (alam semesta ). Perayaan hari raya nyepi ada beberapa tahapan yaitu : Melasti, Tawur, Nyepi, Ngembak Geni.
  2. Melasti
    Melasti merupakan kegiatan yang dilaksanakan sekitar 2 hari sebelum hari raya Nyepi. Melasti berarti “nganyudang malaning gumi ngamit Tirta Amertha” yaitu menghanyutkan segala kekotoran dalam kehidupan dan mengambil Tirta Amertha dari laut yang dianggap sebagai sumber Tirta Amertha (Pemuteran Mandaragiri). Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan membawa (ngiring) pratima atau pralingga dari pura masing-masing menuju laut atau danau dengan diringi gamelan dan upacara-upacara lainnya.

    Melasti biasanya dilaksanakan mulai pagi hari dengan berjalan kaki dan membawa perlengkapan upacara serta Pratima atau Pralingga dengan Jempana. Iring-iringan umat ini akan memenuhi jalan-jalan utama yang ada di Bali dan menuju pantai masing-masing.

    Pakaian khas berwarna dominan putih akan terlihat begitu banyak dipakai oleh umat yang melaksanakan upacara melasti. Sesampai di pantai, upacara akan dilaksanakan di pinggir pantai dipimpin oleh pemangku untuk mengambil Tirta Amertha, kemudian umat akan menghaturkan sembah ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai bentuk wujud syukur kepada-Nya.

    Kemudian umat akan beristirahat sejenak sambil menikmati makanan yang dibawa dari rumah ataupun membeli makanan yang dijual disana. Dan kemudian dilanjutkan dengan ngiring Pratima atau Pralingga kembali ke Pura masing-masing. Upacara ini biasanya berakhir sore hari.
  3. Tawur (pecaruan), pengerupukan.
    Sehari sebelum nyepi, yaitu pada “pangelong ping 14 sasih kesange” umat hindu melakukan upacara Bhuta Yadnya yang dilaksanakan di perempatan jalan dan di lingkungan rumah masing-masing, dengan salah satu dari jenis-jenis “caru” menurut kemampuannya. Bhuta Yadnya itu masing-masing bernama ; Panca sata(kecil), Panca Sanak (sedang), dan Tawur Agung(besar).

    Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisudha Bhuta Kala, da segala “Leteh” (kotor), semoga sirna semuanya.

    Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari; nasi manca warna (lima warna) berjumlah 9 tanding/paket, lauk pauknya ayam brumbun(warna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Bhuta Yadnya ini di tunjukkan Sang Bhuta Raja, Bhuta kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.

    Setelah mecaru dilanjutkan dengan upacara pengerupukan, yaitu ; menyebar-nyebar nasi tawur, mengorobi-ngorobi rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesui, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.

    Khusus di Bali, pada pengerupukan ini biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Bhuta kala yang di arak keliling lingkungan, dan kemudian di kabakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Bhuta Kala dari lingkungan sekitar.

    Selanjutnya dilakukan melasti yaitu menghanyutkan segala leteh (kotor) ke laut, serta menyucikan” pretime “ dilakukan di laut, karena laut (segare) dianggap sebagai sumber thirta Amertha (Dewa Ruci, dan Pemutaran Mandara giri). Selambat-lambatnya pada tilem sore, pemelastian sudah selesai.
  4. Nyepi
    Keesokan harinya, yaitu pada pengelong ping 15 (Tilem Kesange), tibalah hari raya nyepi. Pada hari ini dilakukan puasa/pebertaan nyepi yang disebut Catur Beratha. perayaan hari raya nyepi ini dilaksanakan satu hari  (24  jam). Adapun  beberapa pantangan atau hal-hal yang tidak boleh dilakukan yang dikenal dengan catur brata penyepian :

    • Amati Geni : Tidak berapi-api atau tidak menggunakan dan menghidupkan api.
    • Amati Karya : Tidak bekerja atau melakukan seswatu pekerjaan.
    • Amati Lelungan : Tidak bepergian atau tidak keluar rumah.
    • Amati Lelanguan : Tidak mendengarkan hiburan atau tidak bersenang-senang.

    Catur brata ini dilakukan sejak sebelum matahari terbit hingga keesokan harinya sampai matahari terbit.

    Menurut umat hindu, segala hal yang bersifat peralihan, selalu didahului dengan perlambangan gelap. Misalnya seorang bayi yang akan beralih menjadi anak-anak (satu oton/ 6 bulan), lambang ini diwujudkan dengan ‘metekep guwungan’ (ditutup dengan sangkar ayam). Wanita yang beralih dari kanak-kanak ke dewasa (ngeraja sewala), upacaranya didahului dengan ngekep (dipingit).

    Demikianlah untuk masa baru, yang ditempuh dimulai sejak baru lahir, yaitu benar-benar di mulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam saka atau tahun baru hindu, dasar ini di pergunakan sehingga ada masa yang di sebut amati geni dalam catur brata penyepian.

    Yang lebih penting dari pada perlambang-perlambang lahir itu (amati gen), sesuai dengan lontar sundari gama adalah memutih bersihkan hati sanubari, dan itu merupakan keharusan bagi seluruh umat hindu.

    Tiap orang berilmu (sang wruhing tatwa dnjana) melaksanakan : brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan parama atma /tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadhi (menunggal kepada tuhan / Ida Sang Hyang Widhi ), yang bertujuan kesucian lahir batin).
  5. Ngembak geni (Ngembak api)
    Upacara ngembak geni merupakan upacara yang terahir dari perayaan hari raya nyepi yang jatuh pada tanggal ping pisan (1) sasih kedasa (x). Pada hari ini lah tahun baru caka tersebut dimulai. Umat hindu saling bersilaturasmi dengan keluarga besar serta tetangganya, saling maaf memaafkan satu sama lainya.

    Dengan suasana yang baru, diharapkan memiliki kehidupan baru yang akan dimulai dengan hati yang putih bersih. Jika kalau tahun masehi berahir tiap tanggal 31 desember dan tahun barunya dimulai 1 januari, maka tahun caka berahir pada penglong ping limolas (15) sasih kedasa (X), dan tahun barunya dimulai tanggal 1 sasih kedasa (X).

    Demikian informasi dan pengalaman yang saya dapat dari I Nyoman suteja (pemangku desa adat tegalalang bali), diatas adalah salah satu budaya lokal di desa tegalalang, kecamatan tegalalang, kabupaten gianyar, khususnya yang ada di seluruh bali.dari informasi yang saya dapat, banyak hal-hal yang sangat menarik dan patut di budayakan, budaya hari raya nyepi tersebut terus dirayakan setiap 1 tahun sekali khususnya oleh semua para umat hindu (di bali).

C. Penutup
  1. Kesimpulan
    Hari raya nyepi pada hakekatnya adalah hari pengekangan hawa nafsu dan intropeksi diri atas segala perbuatan yang dilakukan pada masa lalu. Pelaksanaan hari raya nyepi ini harus didasari dengan niat yang kuat, tulus dan ikhlas tanpa ada ambisi tertentu. Pengekangan hawa nafsu untuk mencapai kebebasan batin memang suatu ikatan tetapi ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan.


Referensi :
Suteja, I Nyoman.2002.”Budaya Seniman Bali”BUKU AGAMA HINDU :BALI

Rabu, 16 maret 2002

Download artikel :
* http://www.4shared.com/file/XZHoBj9o/HARI_RAYA_NYEPI.htm

Artikel Terkait Dengan Kategori :



0 komentar:

Posting Komentar

Silakan bagi yang ingin berkomentar, memberi kritik, dan saran sebagai apresiasi dalam tulisan ini. Saya pribadi sangat menghargai dan menghormati apapun bentuk apresiasi yang anda berikan. Terima kasih!!